18.6.07

Cerita Pasca Kepergian Ke Jepang November 2006

Apa Yang dilakukan

1.Mendesiminasikan di berbagai forum cerita-cerita persahabatan yang terjadi antara Saya sebagai orang Gorontalo dengan orang-orang Jepang berdasar hasil kunjungan selama di Jepang..Antara lain Kesan menjadi Petani sayur di Desa Izushi, menjadi nara sumber di Pembelajarn i-i-net, Kiyoto Univ, Yokohama Int Fiesta, dsb. Termasuk pada satu sesi Training Disaster Management (DM) yang dilaksanakan pada bulan desember 2006, Materi yang saya sampaikan adalah tentang Pengalaman Kobe dalam penerapan konsep DM..

2.Sebagai upaya memperkenalkan konsep Belajar yang Murah & Menarik, dengan memanfaatkan momen Hari ULTAH LP2G, Kami Melakukan model berajar bersama dengan mengundang Pa MATSUI menjadi nara sumber dengan Thema “Mencari Ilmu Gorontalo”..

3.Dari sisi manajemen LP2G Kami mulai melakukan perbaikan manajemen internal dengan mengembangkan perbaikan system Keuangan Lembaga- menciptakan Kaderisasi termasuk penajaman Visi yang akan diperjuangkan oleh LP2G.. Sehingga sekarang ini muncul ide mengganti Kepanjangan nama LP2G dari Lembaga Pengkajian Pembangunan Gorontalo menjadi 1) Lembaga Pengembangan Persahabatan Global atau 2) Lembaga Pengembangan Partisipasi Global. Hal ini masih bersifat ide awal yang diharapkan bisa mendapat masukan dari kawan-kawan di Jepang.

4.Dalam konteks strategi pendampingan di-masyarakat, kami melakukan strategi baru yakni dengan memberikan peran yang cukup besar bagi Local leader yang menjadi sahabat kami di desa untuk dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan program di Desa dan posisi Fasilitator LP2G,menjadi advisor terhadap kegiatan yang dilaksanakan dilapangan..

5.Menindaklanjuti kegiatan Teleconfrence antara orang-orang biasa Gorontalo & Orang-orang biasa di Jepang melalui Project SMILE-LINK antara LP2G & i-i Network. Dan hingga sekarang sudah 2 (dua) kali melaksanakan Teleconfrence antara mahasiswa Gorontalo & Jepang. Yang diharapkan kedepan akan lebih intens. Berupa Teleconfrence masyarakat sipil lainnya, antara lain Petani-Nelayan etc.


Dampak

Terbangun image sekaligus mendapat pengakuan public bahwa kekuatan jaringan LP2G dengan melakukan persahabatan dengan masyarakat jepang..
Juga secara pribadi pada akhir tahun 2006 mendapat Penghargaan MAN Of The Year Gorontalo kategori tokoh Gorontalo 2006 kategori NGO’s yang diberikan oleh Harian Tribun Gorontalo..
Termasuk pengakuan keberadaan LP2G yang disampaikan oleh Kepala Kesatuan Bangsa di media massa tentang peran NGO di Gorontalo, bahwa LP2G sebagai lembaga yang mandiri dan tidak tergantung pada pendanaan yang bersumber dari pemerintah..
Atas kondisi ini sekarang bisa kami sampaikan bahwa kesibukan kami sangat tinggi bahkan harus bekerja rata-rata 11 Jam Sehari dan terkadang saya harus tidur di kantor..hehehe.. (Arusdin Bone, LP2G)

6.6.07

Temuan Utama Interview Pelaku Pariwisata di Kuta dan Sanur

vol.2
Beberapa komentar para stakeholders berkaitan dengan keberadaan Polisi Pariwisata yang ada di Kuta dan Sanur sebagai berikut;

Lurah Kelurahan Kuta ( Made Suardika) ” Kuta ibarat tempat segala impian indah meski pada akhirnya berlumpur......persoalannya kompleks ,..... Tentang polisi saya belum begitu memahami secara jelas apa perbedaan peran Polisi Pariwisata, Polisi Air dan anggota Polsek.... Harapan saya kedepan penanganan pariwisata akan lebih baik bila kita bisa duduk bersama dan masing-masing kita bisa berbagi peran dan tanggung jawab....”

Kepala Desa Adat (Gusti Ketut Sudira) ”Pembangunan pariwisata Kuta sejak dulu perkembangannya berlangsung tanpa kontrol.... Baru setelah Bom Bali pertama, kami mulai menyadari itu. Untuk ikut terlibat menjaga Kuta yang persoalannya sudah terlanjur kompleks ini bisa terjaga dan tidak berkembang semakin semrawut .....berkaitan dengan Polisi Pariwisata saya masih melihat terkesan lamban dalam pengananganannya bahkan seringkali mengandalkan Polisi POLSEK, satu sisi turist biasanya mau ditangani secara cepat ”

Owner Hotel (Komang Mangku) ”Polisi Pariwisata hanya melakukan patroli di jalan area site kami, belum pernah masuk ke dalam diskotik, biasanya dengan hanya bertanya pada security kami mengenai situasi dan kondisi, sementara itu hubungan kami sebatas itu, memang akan lebih baik bila ada komunikasi yang lebih dalam antara satpam kami dengan pihak polisi pariwisata….”

Tantangan besar bagi Polisi Pariwisata adalah bagaimana mereka bisa mengamankan secara bersama-sama ketika tetap perlu menjaga visi, misi, dan tujuan Kepolisian. Beberapa PR yang perlu dilakukan untuk mendorong agar kebersamaan membangun pengamanan wilayah pariwisata khususnya di Kuta perlu dipikirkan beberapa ready-made pemgembangan kapasitas.

- Workshop (approach to other stakeholders, appeal to citizens, etc.)
Sebagai langkah awal sebelum melakukan workshop, Polisi Pariwisata diharapkan selama mengadakan perkunjungan atau patroli, tidak hanya menanyakan berkaitan dengan situasi pengamananan saja seperti yang dilakukan selama ini, tetapi perlu juga lebih dalam mengadakan pertemuan dengan semua pihak pelaku pengamanan di wilayahnya, cukup mengenal nama kemudian menindaklanjuti pertukaran informasi-informasi berkaitan dengan wilayahnya. Hal itu artinya kita tidak perlu secara terburu-buru membentuk suatu forum kemitraan apabila hubungan pertemuan antar pelaku pengamanan yang ada di satu wilayah belum terjalin secara dalam.

- Integrated Strategic Planning and Implementation
Kegiatan ini dibutuhkan agar semua pihak yang berkepentingan mengetahui apa peran dan fungsi masing-masing, apa yang bisa dilakukan sendiri oleh lembaganya, dan apa yang bisa dilakukan secara bersama-sama. Selain itu, kegiatan ini juga dilakukan agar semua pihak dapat menjalankan perannya sesuai dengan visi & misi lembaganya, namun dalam kerangka pengamanan secara terpadu, siapa buat apa, diharapkan Polisi Pariwisata dapat berperan sebagai mediator / fasilitator untuk semua pihak yang berperan dalam pengamanan wisata baik yang dibentuk oleh pihak swasta maupun oleh masyarakat.

- Pendekatan Kepolisian Pariwisata
Dari sisi perkembangan Resort Sanur yang sejak lama sudah menyadari untuk berpikir bersama mengenai keberlanjutan pariwisata di Bali baik untuk mempertahankan budaya maupun untuk dapat menikmati perkembangan ekonomi dengan melakukan inisiatif masyarakat itu sendiri, sehingga pendekatan kepolisian diharapkan lebih bersifat mendorong dan memperkuat lembaga-lembaga yang terlibat dalam pengamanan di Resort Sanur. Dalam hal ini lembaga-lembaga sasaran sudah dibentuk oleh pemerintah kelurahan dan desa adat. Sementara Resort Kuta, Polisi Pariwisata sedikit perlu lebih bekerja keras karena kebersamaan masyarakat untuk kegiatan pariwisata baru dimulai lebih intensif pasca Bom Bali. Sejak itu, Pemerintah kelurahan dan desa adat mulai serius dengan membentuk lembaga pengamanan pariwisata seperti satgas pantai, tim pengamanan pemuda, satgas Pasar, dll. Satgas tersebut perlu membangun kerjasama dan saling berkoordinasi. Untuk itulah, Polisi Pariwisata dapat berperan memfasilitasi keadaan ini.
(Fary Dj. Francsis, INCREASE)